- Back to Home »
- KHUDDAM & ATHFAL TASIKMALAYA ‘JOURNEY TO GALUNGGUNG’
Posted by : Administrator
Tuesday, February 11, 2014
Bila membuka lebih catatan sejarah dan wasiyat leluhur
banyak hal yang dapat digali dari kawasan gunung Galunggung ini, banyak cerita
leluhur tentang kedatangan Imam Mahdi
yang menyangkut Galunggung telah terpenuhi. Letusan terakhir terjadi
pada tahun 1982, selama 9 bulan gunung ini terus mengalami erupsi hingga
menghancurkan 50 desa di sekitanya sehingga menimbulkan kerugian yang tidak
sedikit.
Kini kawasan gunung berapi tersebut menjadi objek wana
wisata yang menarik untuk dikunjungi, di kaki gunung terdapat 3 hektar
pemandian air Panas, sementara untuk mencapai kawah pemerintah daerah telah
membangun infrastruktur untuk mempermudah akses bagi pencinta alam
mengunjunginya.
Letusan terakhir selain berdampak kerusakan yang parah juga menghasilkan kesuburan tanah di desa
sekitar selain itu juga pasir dari letusan gunung melimpah untuk dimanfaatkan menjadi
bahan bangunan, kegiatan penambangan pasir disekitar membawa dampak negatif
dengan rusaknya akses jalan namun untuk saat ini akses jalan telah diperbaiki
hingga mempermudah akses transportasi baik roda 2 maupun roda 4.
Untuk menikmati keindahan alam ciptaan Allah SWT gunung
Galunggung merupakan tempat yang ideal bagi khuddam dan athfal Tasikmalaya,
selain lokasinya tidak begitu jauh untuk masuk ke kawasan tersebut tidak
diperlukan biaya yang besar, tiket seharga Rp 4.200 dapat di peroleh di gerbang
masuk.
Perjalanan wisata Khuddam dan Athfal Tasikmalaya di mulai
petang sebelum matahari terbenam dari pemandian Cipanas, meski ada jalan khusus
sampai ke anak tangga menuju kawah rombongan sengaja memilih jalur hutan untuk
mencapai puncak, perjalanan malam menjadi sensasi tersendiri bagi athfal meski diantara
mereka ada yang masih berumur 7 dan 8 tahun hal itu tidak menyurutkan semangat mereka.
Pengalaman pertama menyusuri hutan belantara di kegelapan bagi athfal usia dini
menjadi sarana khusus latihan ketahanan fisik mereka. Selepas isya rombongan
sampai di ujung jalan tempat terakhir yang bisa ditempuh kendaraan setelah
perjalanan sekitar 1,5 jam, pada awal rencana tenda akan didirikan di kawah
namun melihat athfal-athfal yang memulai kelelahan Qaid Majelis Agus Ahmad
Tahir yang menjadi Amir perjalanan memutuskan untuk mendirikan tenda di pos
terkhir.
Di tempat berdirinya tenda pemandangan lampu-lampu yang
menyala di seluruh kota Tasikmalaya tampak terlihat dengan jelas, cuaca sangat
bersahabat kabut tidak turun sehingga keindahan dari ketinggian dapat jauh
terlihat. Hujan yang biasa turun saat itu hanya turun di siang hari sehingga
hanya membasahi dedaunan dan jalan setapak, udara basah menyegarkan dan tidak
banyak menguras energi. Setelah mendirikan tenda rombongan memasak hidangan
yang di bawa, beberapa khuddam pencinta alam karena pengalamannya menjadikan
kegiatan perjalan ke Galunggung tidak menemui banyak kesulitan.
2 tenda didirikan masing-masing mampu menampung 6 orang,
selepas makan malam 5 athfal tidur di tenda pertama sisanya khuddam mengisi
tenda kedua, beberapa khuddam tidur diluar tenda menggunakan Sleeping Bag untuk
melindungi dari cuaca dingin dan angin yang berhembus saat beranjak malam,
cuaca cerah tanpa hujan tidak merepotkan hanya angin besar yang sempat hendak
merobohkan tenda jadi gangguan kecil.
Shalat tahajud masing-masing di mushola yang ada di pos
terakhir untuk shalat subuh semua peserta berjamah Tedi Munadi yang pernah
menjabat Qaid Daerah menjadi Imam Shalat, udara tidak terlalu dingin anginpun
tidak terlalu besar menjelang pagi cuaca bersahabat tidak mengganggu kesehatan
peserta terutama athfal yang sebelumnya di khawatirkan, mereka tampak sehat
bahkan hingga perjalanan pulang.
Masakan khas menjadi menu sarapan pagi sambil menyaksikan
matahari di ufuk timur rona jingga matahari menjadi pemandangan yang meneduhkan beberapa peserta menaiki 620 anak
tangga menuju puncak gunung sementara yang lainnya cukup menikmati keindahan di
lokasi sembari mempersiapkan masakan dan membereskan tenda, sebelum pukul 7 rombongan harus meninggalkan lokasi
berkemah karena keramaian pengunjung wisata galunggung akan memanfaatkan lokasi
untuk memarikir kendaraan.
Perjalanan pulang kembali menggunakan jalan setapak saat
naik suasana pagi yang cerah memungkinkan peserta untuk menikmati keindahan
pepohonan dan semak belukar di sisi kiri kanan perjalanan, semua berjalan
begitu cekatan 30 menit cukup untuk kembali sampai di kawasan pemandian Cipanas
Galunggung.
2 jam waktu yang cukup untuk membersihkan dan menyegarkan di
sungai kecil yang mengalirkan air panas dari Gunung Galunggung sampai kembali
pulang menunggu jemputan ke kota Tasikmalaya. Perjalanan ini menjadi cerita
tersendiri bagi murid Imam Mahdi menuju Gunung Galunggung yang banyak tertulis dalam
legenda Tasikmalaya, gunung yang letusannya tahun 1882 dan 1894 telah menjadi
tanda samawi tentang telah datangnya Imam mahdi, gunung yang mendai saksi
sejarah bagi kerajaan Galuh dan Pajajaran karena konon nama Galunggung sendiri
diambil dari kata Galuh nu Agung atau Galuh yang Agung.
Di balik itu semua wisata tarbiyat ini menjadi perjalanan rohani bagi khuddam dan athfal Tasikmalaya selain sebagai sarana latihan
kekuatan fisik dan olah tubuh, kegiatan ini juga untuk memupuk kecintaan kepada
Jemaat Allah Taala dan menjaga silaturahmi serta membangun hubungan yang lebih
akrab antara sesama khuddam dan athfal Tasikmalaya.
30 menit perjalanan menuju kota Tasikmalaya menorehkan
sebuah cerita bahwa kecintaan kepada Jemaat dapat ditempuh berbagai cara, bahwa
pelajaran itu tidak hanya melalui kata namun melalui pengalaman yang akan
dituturkan dengan cerita manis suatu hari nanti, bahwa stimulus itu dapat
diberikan pada alam bawah sadar tanpa harus dipaksakan namun menjadi suatu
keinginan kuat tanpa disadari melalui perjalanan wisata menguatkan jasmani dan
ruhani.
Doni Sutriana
Twitter: @Donisutriana
Foto Galeri: Journey to Galunggung
Foto Galeri: Journey to Galunggung